Friday, March 22, 2013

Tugas Pertama Media Pembelajaran


Tugas Rangkuman Model Pembelajaran
Nama  : Dellyani Mega
NIM    : 1002474
Pendidikan Teknik Arsitektur

Judul Buku    :   Model Desain Sistem Pembelajaran
Karya             :   Benny A. Pribadi
Tebal Buku    :   216 halaman
Penerbit         :   Dian Rakyat, Jakarta
Tahun Terbit :   2010

BAB V ANALISIS MODEL DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN
A.    Model Dick dan Carey
Dick dan Carey (2005) mengembangkan model yang didasarkan pada penggunan pendekatan sistem atau system approach terhadap komponen-komponen dasar dari desain sistem pembelajaran yang meliputi analisis, desain, pengembangan, implementasi, dan evaluasi.
Komponen sekaligus merupakan langkah-langkah utama dari model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dkk, terdiri atas :
1.      Mengindentifikasi tujuan pembelajaran,
2.      Melakukan analisis instruksional,
3.      Menganalisis karakteristik siswa dsn konteks pembelajaran,
4.      Merumuskan tujuan pembelajaran khusus,
5.      Mengembangkan instrumen penilaian,
6.      Mengembangkan strategi pembelajaran,
7.      Mengembangkan dan memilih bahan ajar,
8.      Merancang dan mengembangkan evaluasi formatif,
9.      Melakukan revisi terhadap program pembelajaran, dan
10.  Merancang dan mengembangkan evaluasi sumatif.

http://gurupembaharu.com/home/wp-content/uploads/2011/08/Dick-and-Carey.bmp
Gambar 1 : model desain sistem pembelajaran Dick dan Carey.

B.     Model ASSURE
Sharon E Smaldino, James D. Russel, Robert Heinich, dan Michael Molenda (2005) mengemukakan sebuah model desain sistem pembelajaran yang diberi nama Assure yang lebih difokuskan pada perencanaan pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran di dalam kelas secara aktual.
Langkah- langkah penting yang perlu dilakukan dalam model desain sistem pembelajaran Assure meliputi beberapa aktivitas, yaitu :
·                     Melakukan analisis karakteristik siswa/ analyze learners,
·                     Menetapkan tujuan pembelajaran/ state objectives,
·                     Memilih media, metode pembelajaran, dan bahan ajar/ select methods, media, and materials,
·                     Memanfaatkan bahan ajar/ utilize materials,
·                     Melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran/ require learners participation, dan
·                     Mengevaluasi dan merevisi program pembelajaran/ evaluate and revise.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mendesain sistem pembelajaran dengan model Assure dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :
A = Analisis karakteristik siswa
S = menetapkan tujuan pembelajaran
S = seleksi media, metode, dan bahan
U = memanfaatkan bahan ajar
R = melibatkan siswa dalam kegiatan belajar
E = evaluasi dan revisi

C.     Model Jerold E. Kemp, dkk.
Model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Kemp dkk. Terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut :
1.      Mengidentifikasi masalah dan menetapkan tujuan pembelajaran
2.      Menentukan dan menganalisis karakteristik siswa
3.      Mengidentifikasi materi dan menganalisis komponen-komponen tugas belajar yang terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran
4.      Menetapkan tujuan pembelajaran khusus bagi siswa
5.      Membuat sistematika penyampaian materi pelajaran secara sistematik dan logis
6.      Merancang strategi pembelajaran
7.      Menetapkan metode untuk menyampaikan materi pelajaran
8.      Mengembangkan instrumen evaluasi
9.      Memilih sumber-sumber yang dapat mendukung aktivitas pembelajaran.
Ada beberapa faktor penting yang mendasari penggunaan model desain sistem pembelajaran Kemp, yaitu :
·      Kesiapan siswa dalam mencapai kompetensi dan tujuan pembelajaran,
·      Strategi pembelajaran dan karakteristik siswa,
·      Media dan sumber belajar yang tepat,
·      Dukungan terhadap keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran, dan
·      Revisi untuk membuat program pembelajaran yang efektif dan efisien

D.    Model Smith dan Ragan
Patricia L. Smith dan Tillman J.Ragan (2003) mengemukakan sebuah model pembelajaran yang terdiri atas beberapa langkah dan prosedur pokok sebagai berikut :
1.      Analisis lingkungan belajar
2.      Analisis karakteristik siswa
3.      Analisis tugas pembelajaran
4.      Menulis butir tes
5.      Menentukan strategi pembelajaran
6.      Memproduksi program pembelajaran
7.      Melaksanakan evaluasi formatif
8.      Merevisi program pembelajaran

E.     Model ADDIE
Model ini, sesuai dengan namanya, terdiri dari lima fase atau tahap utama, yaitu (A)nalysis, (D)esain, (D)evelopment, (I)mplementation, dan (E)valuation.
Fase-fase dalam model ini akan diuraikan sebagai berikut :
1. ANALISIS
Analisis merupakan langkah pertama dari model desain sistem pembelajaran ADDIE.
Langkah analisis melalui dua tahap yaitu :

a. Analisis Kinerja
Analisis Kinerja dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan manajemen.

b. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atau prestasi belajar.
Hal ini dapat dilakukan apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi dari masalah pembelajaran yang sedang dihadapi.
Jika hasil analisis data yang telah dikumpulkan mengarah kepada pembelajaran sebagai solusi untuk mengatasi masalah pembelajaran yang sedang dihadapi, selanjutnya perancang program pembelajaran melakukan analisis kebutuhan dengan cara menjawab beberapa pertanyaan lagi.
2. DESAIN
Desain merupakan langkah kedua dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Langkah ini merupakan:
a. inti dari langkah analisis krn mempelajari masalah kemudian menemukan alternatif solusinya yang berhasil diidentifikasi melalui langkah analisis kebutuhan.
b. langkah penting yang perlu dilakukan untuk, menentukan pengalaman belajar yang perlu dimilki oleh siswa selama mengikuti aktivitas pembelajaran.
c. langkah yang harus mampu menjawab pertanyaan, apakah program pembelajaran dapat mengatasi masalah kesenjangan kemampuan siswa?
Kesenjangan kemampuan disini adalah perbedaan kemampuan yang dimilki siswa dengan kemampuan yang seharusnya dimiliki siswa.
3. PENGEMBANGAN
Pengembangan merupakan langkah ketiga dalam mengimplementasikan model desain sistem pembelajaran ADDIE.
Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, membeli, dan memodifikasi bahan ajar. Dengan kata lain mencakup kegiatan memilih, menentukan metode, media serta strategi pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi atau substansi program.
Dalam melakukan langkah pengembangan, ada dua tujuan penting yang perlu dicapai. Antara lain adalah :
a. Memproduksi, membeli, atau merevisi bahan ajar yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.
b. Memilih media atau kombinasi media terbaik yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. IMPLEMENTASI
Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan langkah keempat dari model desain sistem pembelajaran ADDIE.
Tujuan utama dari langkah ini antara lain :
a. Membimbing siswa untuk mencapai tujuan atau kompetensi.
b. Menjamin terjadinya pemecahan masalah / solusi untuk mengatasi kesenjangan hasil belajar yang dihadapi oleh siswa.
c. Memastikan bahwa pada akhir program pembelajaran, siswa perlu memilki kompetensi – pengetahuan, ketrampilan, dan sikap - yang diperlukan.


5. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran ADDIE. Evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap program pembelajaran.
Evaluasi terhadap program pembelajaran bertujuan untuk mengetahui beberapa hal, yaitu :
a. Sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.
b. Peningkatan kompetensi dalam diri siswa, yang merupakan dampak dari keikutsertaan dalam program pembelajaran.
c. Keuntungan yang dirasakan oleh sekolah akibat adanya peningkatan kompetensi siswa setelah mengikuti program pembelajaran.
Beberapa pertanyaan penting yang harus dikemukakan perancang program pembelajaran dalam melakukan langkah-langkah evaluasi, antara lain :
• Apakah siswa menyukai program pembelajaran yang mereka ikuti selama ini?
• Seberapa besar manfaat yang dirasakan oleh siswa dalam mengikuti program pembelajaran?
• Seberapa jauh siswa dapat belajar tentang materi atau substansi pembelajaran?
• Seberapa besar siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang telah dipelajari?
• Seberapa besar kontribusi program pembelajaran yang dilaksanakan terhadap prestasi belajar siswa?
Implementasi model desain sistem pembelajaran ADDIE yang dilakukan secara sistematik dan sistemik diharapkan dapat membantu seorang perancang program, guru, dan instruktur dalam menciptakan program pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.

F.      Model Front-end system design oleh A.W. Bates
Model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh A.W. Bates sangat erat kaitannya dengan pengembangan bahan ajar yang dapat digunakan untuk penyelenggaraan sistem pendidikan jarak jauh (SPJJ).
sistem pendidikan jarak jauh memiliki sejumlah karakteristik yang khas sebagai berikut :
·         Terpisahnya lokasi tutor dan siswa secara geografis
·         Adanya dukungan organisasi penyelenggara program
·         Digunakannya media dan teknologi pembelajaran
·         Berlangsungnya proses komunikasi dua arah
·         Terselenggaranya smeinar yang mendukung kegiatan pembelajaran
·         Penyelenggaraan program pembelajaran berbasis industri
(Moore dan Kearsley, 2005).

1.      Langkah I
Langkah awal dalam model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh AW. Bates adalah mengembangkan kerangka isi atau materi pelajaran (couse outline development). Kegiatan-kegiatan yang perlu dilakukan dalam langkah awa model Bates antara lain :
·         Mengidentifikasi sasaran atau siswa,
·         Menganalisis kurikulum,
·         Menentukan isi/materi pelajaran, dan
·         Menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran.

2.      Langkah II
Dalam langkah ke II, Bates mengemukakan sebuah konsep yang dapat digunakan sebagai faktor untuk memilih jenis media dan teknologi yang akan diguakan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan jarak jauh.
Konsep tersebut dikenal dengan istilah ACTIONS yang merupakan singkatan beberapa faktor, yaitu :
·         Access,
·         Cost,
·         Teaching functions,
·         Interaction/user friendliness,
·         Organizational issues,
·         Novelty, dan
·          Speed.
Konsep ACTIONS sebagai kriteria untuk menentukan media dan teknologi yang akan digunakan dalam menyampaikan substansi pelajaran dalam program sistem pendidikan jarak jauh merupakan suatu hal tang bersifat unik.
Media dan Teknologi dalam Program Sistem Pendidikan Jarak Jauh
Robert Heinich dkk (2005) mengemukakan beberapa jenis media yang dapat digunakan untuk menyampaikan substansi dalam program sistem pendidikan jarak jauh yaitu :
·         Media cetak
·         Media audio
·         Media video
·         Komputer
·         Multimedia
·         Jaringan komputer

3.      Langkah III
Langkah terakhir dari model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Bates, yaitu penyampaian isi atau materi pelajaran kepada siswa yang mengikuti program sistem pendidikan jarak jauh. Dalam hal ini, siswa berperan sebagai target audience. Untuk mendukung keberhasilan langkah ini diperlukan adanya beberapa sarana pendukung, yaitu :
·         Gudang dan sarana penyimpanan dan bahan ajar,
·         Perpustakan sebagai tempat mencari referensi untuk pengembangan bahan ajar dan substansi, serta
·         Sistem komunikasi dan teknologi untuk menyampaikan isi atau materi pelajaran kepada siswa.
Model-model desain sistem pembelajaran yang dikemukakan pada dasarnya dapat diklasifikasi berdaasarkan pemanfaatan dan output yang dihasilkan, yaitu model yang berorientasi terhadap aktivitas pembelajaran didalam kelas, model yang berorientasi pada produk, dan model yang berorientasi pada sistem. Setiap model desain sistem pembelajaran memiliki keunggulan dan keterbatasan untuk digunakan dalam setting yang spesifik.

BAB VI DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK
A.    Pergeseran Paradigma
Duffy dan Cunningham, dalam Jonassen (2003), mengemukakan beberapa alasan rasional yang melatarbelakangi penggunaan pendekatan konstruktivictik dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut :
·         Semua pengetahuan dan hasil belajar merupakan proses individu
·         Pengetahuan merupakan konstruksi peristiwa yang dialami dari berbagai sudut pandang atau perspektif.
·         Proses belajar harus berlangsung dalam konteks yang relevan
·         Belajar dapat terjadi melalui media pembelajaran
·         Belajar merupakan dialog sosial yang bersifat inheren.

B.     Pendekatan Konstruktistik
Belajar merupakan pemaknaan terhadap peristiwa atau pengalaman yang dialami oleh individu. Siswa membangun pengetahuan baru melalui peristiwa yang dialami setiap saat. Pemberian makna terhadap pengetahuan diperoleh melalui akumulasi makna terhadap peristiwa yang dialami. Duffy dan Cunningham dalam Jonassen (2001) mengemukakan dua hal yang menjadi esensi dari pandangan konstruktivistik dalam aktivitas pembelajaran, yakni:
(1) belajar lebih diartikan sebagai proses aktif membangun daripada sekedar proses memperoleh pengetahuan,
(2) pembelajaran merupakan proses yang mendukung proses pembangunan pengetahuan daripada hanya sekedar mengkomunikasikan pengetahuan.
Gagnon dan Collay dalam Cruickshank dkk (2006) berpendapat bahwa siswa belajar dan membangun pengetahuan manakala dia terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Contoh aktivitas pembelajaran yang menandai siswa melakukan konstruksi pengetahuan terdiri atas beberapa bentuk kegiatan, yaitu:
(1) merumuskan pertanyaan secara kolaboratif,
(2) menjelaskan fenomena yang dilihat,
(3) berpikir kritis tentang isu-isu yang bersifat kompleks, dan
(4) mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
C. Komponen-komponen pendekatan konstruktivistik
Impelementasi pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran perlu memperhatikan beberapa komponen penting sebagai berikut :
·         Belajar aktif (active learning)
·         Siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran yang bersifat otentik dan situasional
·         Aktivitas belajar harus menarik dan menantang
Newby dkk. (2000) mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mewujudkan pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran yaitu sebagai berikut :
·         Berikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan belajar dalam konteks nyata.
·         Ciptakan aktivitas belajar kelompok
·         Ciptakan model dan arahkan siswa untuk dapat mengkonstruksi pengetahuan.

D.    Desain system pembelajaran konstruktivistik
Gagnon dan Collay (2001) mengemukakan sebuah desain system pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivistik, yakni:

1.Situasi
Komponen ini menggambarkan secara komprehensif tentang maksud atau tujuan dilaksanakannya aktivitas pembelajaran. Selain itu, dalam komponen situasi juga tergambar tugas-tugas yang perlu diselesaikan oleh siswa agar mereka memiliki makna dari pengalaman belajar yang telah dilalui.

2. Pengelompokkan
Komponen pengelompokkan dalam aktivitas pembelajaran yang berbasis pendekatan konstruktivistik member kesempatan pada siswa untuk melakukan interaksi dengan sejawat. Pengelompokkan sangat bergantung pada situasi atau pengalaman belajar yang ingin dilalui oleh siswa. Pengelompokkan dapat dilakukan secara acak (random) atau didasarkan pada criteria tertentu (purposive).

3. Pengaitan
Komponen pengaitan dilakukan untuk menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa dengan pengetahuan yang baru. Bentuk-bentuk pengaitan sangat bervariasi, misalnya melalui pemecahan masalah atau melalui diskusi topic-topik yang spesifik.

4. Pertanyaan
Pengajuan pertanyaan merupakan hal penting dalam aktivitas pembelajaran. Pertanyaan akan memunculkan gagasan asli yang merupakan inti dari pendekatan pembelajaran konstruktivistik. Dengan munculnya gagasan-gagasan yang bersifat orisinil, siswa dapat membangun pengetahuan di dalam dirinya.

5. Eksibisi
Komponen dalam eksibisi dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan konstruktivistik member kesempatan kepada siswa untuk dapat menunjukkan hasil belajar setelah mengikuti suatu pengalaman belajar.

6. Refleksi
Komponen ini pada dasarnya member kesempatan kepada guru dan siswa untuk berpikir kritis tentang pengalaman belajar yang telah mereka tempuh baik personal maupun kolektif. Refleksi juga member kesempatan kepada siswa untuk berpikir tentang aplikasi dari pengetahuan yang telah mereka miliki.
E. Penilaian Portofolio
Woolfolk (2004) mengemukakan beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam menggunakan penilaian portopolio, yaitu :
1.      Siswa perlu dilibatkan dalam menentukan kriteria yang digunakan untuk menilai sebuah portofolio,
2.      Sebuah portofolio perlu berisi refleksi siswa dan kritik terhadap diri sendiri,
3.      Sebuah portofolio harus mencerminkan kegiatan siswa dalam belajar,
4.      Potofolio dapat menunjukkan fungsi yang berbeda seiring dengan berjalannya waktu,
5.      Portofolio harus mencerminkan adanya pertumbuhan (growth), dan
6.      Siswa perlu mengetahui cara menciptakan dan menggunkan potrofolio.

BAB VII IMPLEMENTASI DESAIN SISTEM PEMBELAJARAN
Pendidikan jalur formal adalah kegiatan yang sistematis, berstruktur, bertingkat dimulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan yang setaraf dengannya; termasuk didalamnya adalah kegiatan studi yang berorientasi akademis dan umum, program spesialisasi, dan latihan profesional yang dilaksanakan dalam waktu yang terus menerus.  Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Sedangkan pengertian pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (Undang Undang No 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (11) dan Ayat (13).
Pendidikan jalur  formal merupakan bagian dari pendidikan nasional yang bertujuan untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan fitrahnya, yaitu pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, demokratis, menjunjung tinggi hak asasi manusia, menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, memiliki keterampilan hidup yang berharkat dan bermartabat, memiliki kepribadian yang mantap, mandiri, dan kreatif, serta memiliki tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan yang mampu mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas dan berdaya saing di era global.
PENDIDIKAN NON FORMAL
Hasil kajian Tim reformasi pendidikan dalam konteks Otonomi daerah (Fasli Jalal, Dedi Supriadi. 2001) dapat disimpulkan bahwa apabila pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal) ingin melayani, dicintai, dan dicari masyarakat, maka mereka harus berani meniru apa yang baik dari apa yang tumbuh di masyarakat dan kemudian diperkaya dengan sentuhan-sentuhan yang sistematis dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Strategi itulah yang perlu terus dikembangkan dan dilaksanakan oleh pendidikan luar sekolah dalam membantu menyediakan pendidikan bagi masyarakat yang karena berbagai hal tidak terlayani oleh jalur formal/sekolah. Bagi masyarakat yang tidak mampu, apa yang mereka pikirkan adalah bagaimana hidup hari ini, karena itu mereka belajar untuk kehidupan; mereka tidak mau belajar hanya untuk belajar, untuk itu masyarakat perlu didorong untuk mengembangkannya melalui Pendidikan nonformal berbasis masyarakat, yakni pendidikan nonformal dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat.
Menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dimaksud dengan pengertian pendidikan non formal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Terdapat beberapa jenis lembaga pendidikan yang menyediakan layanan pendidikan non-formal di Indonesia, yaitu:
a.      Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP
b.      Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB)
c.       Sanggar Kegiatan Belajar (SKB)
d.      Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
e.      Lembaga PNF sejenis
B. Desain sistem pembelajaran di sekolah
Implementasi desain system pembelajaran di sekolah dapat dilakukan pada semua jenjang pendidikan. Pelaksanaan desain system pembelajaran di sekolah dapat mencerminkan kesiapan guru dan tenaga pendidik untuk melakukan tugas dalam menciptakan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik
 Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat memfasilitasi aktivitas untuk mencapai tingkat kompetensi pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang optimal. Sedangkan pembelajaran yang efisien adalah pembelajaran yang dapat memberikan hasil sesuai dengan sumber daya yang digunakan. Program atau aktivitas pembelajaran di sekolah harus merupakan kegiatan yang menarik sehingga dapat memotivasi siswa untuk mempelajari materi pelajaran lebih mendalam. 
Untuk dapat menciptakan proses aktivitas pembelajaran yang efektif dan menarik, guru perlu memiliki penguasaan substansi atau materi pelajaran. Di samping itu, guru juga perlu memiliki pengetahuan yang mendalam tentang desain dan pengembangan program pembelajaran serta strategi penyampaiannya. Guru perlu memiliki pemahaman tentang langkah-langkah analisis, desain, pengembangan, implentasi dan evaluasi  program pembelajaran agar dapat mendesain dan mengembangkan pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
Kreativitas guru sangat diperlukan untuk dapat menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik. Pemahaman dan ketrampilan dalam mengkombinasikan metode, media, dan strategi pembelajaran merupakan hal yang bersifat kreattif untuk dapat meningkatkan moptivasi belajar siswa. Pemahaman yang baik tentang model-model desain system pembelajaran akan membantu gru dalam melaksanakan tugasnya untuk memfasilitasi berlangsungnya proses belajar dalam diri siswa
Walaupun punya pengalaman yang cukup lama, guru perlu menerapkan inovasi dalam menjalankan tugas akan menghindari guru dari kegiatan rutin yang sangat membosankan. Inovasi sangat erat kaitannya dengan upaya-upaya perbaikan kualitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru secara berkesinambungan.
Cruickshank (2006) mengemukakan beberapa karakteristik penting guru atau  Instruktur dalam melakukan tugasnya secara efektif dan efisien yaitu sebagai berikut:
·         Membuat proses belajar selalu menarik
·         Menciptakan opini bahwa belajar merupakan hal yang penting siswa perlu menguasai learn how to learn.
·         Mengajar dengan lembut dan menekankan kebaikan.
·         Sabar dalam mengajar siswa dan menggunakan berbagai pendekatan dalam melakukan proses belajar-mengajar
·         Bersifat toleran dan tidak mudah menghakimi siswa
·         Bersifat terbuka dan penuh pemahaman.
·         Senantiasa menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan dalam belajar.
·         Bersikap lebih mencontohkan perilaku yang benar dari pada menerapkan hukuman
·         Tidak bersifat emosional dan selalu tenang menghadapi sistuasi.
Guru perlu melakukan analisis karakteristik siswa yang akan menempuh aktivitas pembelajaran. Hal ini merupakan langkah awal dari merencanakan desain model-model pembelajaran dalam system pembelajaran.
E.     Desain sistem pembelajaran di perguruan tinggi
Perguruan tinggi merupakan institusi pendidikan yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan dengan kemampuan akademis dalam bidang keilmuan yang dipelajari. Disamping itu. Lulusan perguruan tinggi juga dituntut untuk mampu meneapkan kompetensi yang dimiliki ke dalam dunia nyata. Perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pengaruh, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap aktivitas dan proses belajar-mengajar yang berlangsung dalam perguruan tinggi. Perubahan dan pembaharuan perlu senantiasa dilakukan untuk mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan eknologi tersebut
Desain system pembelajaran dapat digunakan untuk melakukan penyegaran dan pembaharuan dalam aktivitas pembelajaran di perguruan tinggi dapat dilakukan dengan menerapkan prosedur yang sistematis dan sistemik. Prosedur tersebut dimulai dari tahap analisis, desain, pengembangan, implementasi,sampai evaluasi.
·         Tahap analisis, diperlukan untuk menentukan komptensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang perlu dimiliki oleh mahasiswa.
·         Tahap desain,  dilakukan untuk merancang proses dan aktivitas pembelajaran yang dapat diciptakan untuk mencapai tujuan dan kompetensi yang telah ditentukan, mencakup penggunaan metode, media, stategi, dan evaluasi pembelajaran untuk mencapai tujuan program perkuliahan.
·         Tahap evaluasi, dapat dilakukan baik secara sumatif maupun formatif. Jenis evaluasi formatif digunakan bersamaan dengan proses pengembangan
Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk menyampaikan materi perkuliahan meliputi demonstrasi, diskusi, pemecahan masalah, brain storming atau curah pendapat, seminar, dan metode pembelajaran lain.
PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR
Langkah analisis diperlukan untuk mengetahui kompetensi yang perlu dimiliki oleh mahasiswa setelah menempuh program perkuliahan. Kompetensi ini perlu didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi perkembangan disiplin ilmu di perguruan tinggi.
Kompetesi yang telah ditentukan akan menjadi dasar untuk merancang aktivitas pembelajaran di perguruan tinggi. Dalam hal ini, pendekatan konstruktivisme dapat diaplikasikan untuk memfasilitasi mahasiswa agar mampu membangun pengetahuan dan keterampilan akademis dalam disiplin keilmuan yang dipelajari.
Dosen sebagai tenaga pengajar perlu mengembangkan bahan ajar yang dapat memfasilitasi berlangsungnya proses belajar mahasiswa. Hal lain yang tak kalah pentingnya dilakukan adalah merancang instrument evaluasi untuk menilai pencapaian hasil belajar atau kompetensi mahasiswa.
Program pelatihan senantiasa berorientasi pada keterampilan atau skill yang perlu dicapai. Penyelenggaraan program pelatihan biasanya didasarkan pada tujuan untuk mengatasi masalah kinerja yang disebabkan oleh kurang terampilnya peserta dalam melakukan suatu jenis pekerjaan. Selain untuk mengatsi masalah kinerja, penyelenggara program pelatihan pada umumnya bertujuan untuk melatih keterampilan baru atau meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam melakukan tugas dan pekerjaan. Apapun tujuan yang akan dicapai, implementasi desain system pembelajaran akan dapat membantu untuk menciptakan program pendidikan dan pelatihan yang efektif, efisien, dan menarik.
Untuk mengetahui masalah kinerja yang sedang dihadapi oleh karyawan dalam suatu instansi atau organisasi, proses analisis kebutuhan (need analysis) dapat diimplemntasikan.  Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara membandingkan antar kinerja actual dengan kinerja ideal. Selisih antara keduanya dapat dianggap sebagai gap atau kesenjangan yang sekali gus merupakan masalah kinerja yang perlu dicari solusinya. Seorang perancang program pelatihan yang juga merupakan perancang system pembelajaran atau instructional system designer perlu mencari factor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya masalah kesenjangan kinerja yang terjadi pada karyawan dalam suatu organisasi.
Penyelenggara program dan pendidikan pelatihan harus dapat menarik minat peserta untuk mengikutinya. Program pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan sering kurang diminati oleh peserta karena beberapa factor penyebab sebagi berikut :
1.    Tujuan pelatihan yang kurang relevan
2.    Instruktur yang tidak menguasai substansi
3.    Instruktur tidak memiliki kompetensi teknik pembelajaran.
4.    Tidak tersedia fasilitas pendudkung penyelenggaraan pelatihan.
Faktor masalah pelatihan ini dapat dicari solusinya melalui penggunaan desain system pembelajaran yang diimplemntasikan secara sistemik dan sistimatik.
Pelatihan yang berorientasi pada keterampilan atau skill oriented memerlukan adanya proses desain yang holistic. Model desain system pembelajaran yang dikemukakan oleh Dick dan Carey (2006), terdiri atas sepuluh langkah sistematis, dapat digunakan untuk merancang program pendidikan dan pelatihan yang efektif, efisien, dan menarik.
Desain program pendidikan dan pelatihan perlu dimulai dari langkah anlisis yang komprehensif dengan menggunakan analisis kebutuhan pelatihan atau training need analysis (TNA). Selain analisis kebutuhan, analisis tugas dan analisis instruksional sangat diperlukan untuk menentukan kompetensi atau tujuan yang akan di capai oleh peserta atau trainee setelah mengikuti program pelatihan. Variasi metode pelatihan dapat digunakan untuk menyampaikan isi atau materi pelatihan kepada peserta. Demonstrasi, simulasi, role play, permainan, dan presentasi dapat digunakan untuk melatih peserta agar memiliki pengetahuan dan keterampilan yang siap digunakan. Penggnaan ragam media dapat dikombinasikan dengan penggunaan metode pelatihan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
Pada umumnya, penyelenggaraan program pada lembaga kursus dan pendidikan luar sekolah diarahkan pada upaya untuk mengajarkan peserta agar memiliki kemampuan dan keteram[pilan yang spesifik, misalnya kemampuan berbahasa asing, music, dan lain-lain. Model desain system pembelajaran dengan komponen dan langkah-langkah yang sederhana dapat digunakan untuk mendesain aktivitas pembelajaran yang efektif dan efisien, dan menarik dalam program kursus dan
Penyelenggaraan kursus dan pendidikan luar sekolah biasanya ditujukan agar peserta memiliki kemapuan dan keterampilan yang dapat digunakan segera. Kemampuan dan keterampilan yang dipelajari dapat diunakan untuik melakukan suatu jenis pekerjaan. Oleh karena itu, metode dan media pembelajaran yang digunakan perlu diarahkan agar dapat mendukung proses pembelajaran untuk menguasai komptetnsi spesifik.
Metode pembelajaran yang bersiafat praktis, seperti demonstrasi dan role play sangat diperlukan dalam proses pembelajaran pada program kursus dan pendidikan luar sekolah. Media yang bersifat nyata atau realia dan model dapat digunakan sebagai kombinasi dari metode praktikum dan demonstrasi.
F.      Desain sistem pembelajaran dalam program pendidikan dan pelatihan serta pendidikan luar sekolah
Secara umum, ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab masalah kinerja dalam organisasi atau perusahaan yaitu :
1.      Kurang memadainya sarana dan prasarana kerja,
2.      Rendahnya motivasi kerja,
3.      Kurangnya fasilitas pendukung dalam bekerja, dan
4.      Kurangnya keterampilan dan rendahnya kompetensi dalam melakukan pekerjaan.
Desain program pelatihan yang meliputi beberapa langkah, yaitu menentukan :
·         Tujuan khusus dan tujuan umum program pelatihan,
·         Metode, media, dan strategi pelatihan yang akan digunakan,
·         Fasilitas pendukung penyelenggaraan program pelatihan waktu, biaya, dan sumber daya manusia (SDM) yang diperlukan, serta
·         Sistem evaluasi untuk mengetahui pencapaian kompetensi dan keterampilan peserta setelah mengikuti program pelatihan.
Sistem pendidikan dalam konteks ini dapat dikategorikan dalam 6 macam yaitu :
1.      Pembelajaran tatap muka,
2.      Pembelajaran dengan menggunakan media,
3.      Pembelajaran mandiri,
4.      Pembelajaran berbasis web,
5.      Workshop dan pembelajaran dilaboratorium, serta
6.      Seminar dan studi lapangan atau field study.
Share: